BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Organisasi
merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih. Sebuah organisasi haruslah memiliki interaksi antar anggotanya. Dalam
beberapa pengertian organisasi disebutkan haruslah memiliki tujuan yang akan
dicapai, dalam mencapai tujuan tersebut maka sebuah organisasi akan membentuk
karakteristik anggotanya agar sesuai dengan tujuannya tersebut. Organisasi
merupakan kumpulan orang-orang yang bekerja secara bersamasama dengan
mengunakan sumber daya tertentu untuk berusaha mencapai tujuannya. Dengan kata
lain bahwa organisasi itu terdiri dari orang-orang yang bekerja dalam suatu
system pencarian tujuan. Agar supaya tujuan organisasinya tercapai maka perlu
dilakukan usaha-usaha tertentu untuk mengelola organisasinya. Dalam mengelola
organisasi inisudah pasti tidak dapat terlepas dari aspek-aspek managerial yang
berkaitan erat dengan aktivitas untuk:
1. Merencanakan apa yang hendak dicapai oleh organisasi
beserta sub-sub unitnya selama priode waktu tertentu.
2. Mengkoordinasikan semua rencana berserta aktivitasnya
dari seluruh bagian yang ada demi tercapainya keselarasan kerja yang mengarah
pada tujuan yang sama.
3. Mengolah informasi yang terdapat dalam setiap unit
organisasi maupun diantara unit-unit yang ada serta informasi yang berasal dari
lingkungan ekstern guna pengambilan keputusan.
4. Mengevaluasi informasi tersebut untuk dibandingkan
terhadap apa yang diinginkan dan mengambil tindakan tertentu untuk mengoreksi
atas penyimpangan yang terjadi.
5. Mempengaruhi perilaku orang-orang yang ada dalam
organisai tersebut untuk diarahkan pada tujuannya.
Proses
tercapainya pengendalian dalam suatu organisasi mencakup suatu analisa tentang
pola otonomi yaitu hubungan-hubungan struktural yang ditetapkan oleh pucuk
pimpinan yang dicerminkan dalam bagan struktur organisasinya, serta gaya
manajemen yang diterapkan oleh pucuk pimpinan di dalam usahanya untuk
mempengaruhi prilaku bawahannya. Tercapainya tujuan organisasi sangat
tergantung pada ada atau tidaknya unsur kerja sama diantara sesama anggotanya,
baik melalui struktur formalnya maupun struktur informalnya. Yang dimaksud
dengan struktur formal disini adalah pola hubungan antara sesama anggota yang
terjadi yang diatur melalui struktur organisasinya, sedangkan struktur informal
sisini adalah pola hubungan antara sesama anggota yang diatur melalui struktur
organisasinya, sedangkan struktur informal disini adalah pola hubungan antara
sesama anggota yang terjadinya secara spontan dan tidak diatur melalui struktur
organisasinya. Secara sederhana, organisasi
bisa
diartikan sebagai suatu alat atau wadah kerjasama untuk mencapai tujuan bersama dengan pola
tertentu yang perwujudannya memiliki kekayaan
baik fisik maupun non fisik. Sehingga bisa dimungkinkan terjadinya suatu konflik dalam sebuah organisasi yang dikarenakan oleh adanya ketidakselarasan tujuan, perbedaan interpretasi
fakta, ketidaksepahaman yang disebabkan oleh ekspektasi perilaku dan sebagainya. Berikut
ini adalah pengertian dan definisi organisasi
menurut beberapa ahli :
1. ROSENZWEIG
Organisasi dapat dipandang sebagai sistem
sosial, yaitu orang- orang dalam
kelompok Integrasi atau kesatuan dari aktivitas-aktivitas orang-orang yang bekerja sama. Orang-orang
yang berorientasi atau berpedoman pada tujuan
bersama.
2.
MATTHIAS AROEF
Suatu organisasi terjadi apabila
sekelompok orang bekerja bersama sama untuk mencapai tujuannya.
3.
PFIFFNER dan SHERWOOD
Organisasi sebagai suatu pola dari
cara-cara dalam mana sejumlah orang yang saling berhubungan, bertemu muka, secara intim dan terkait dalam suatu tugas yang bersifat kompleks, berhubungan satu dengan yang lainnya secara sadar, menetapkan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan semula secara sistematis.
4.
BAKKE
Organisasi merupakan sebuah sistem
yang kontinue dari penggunaan, pemindahan aktivitas-aktivitas manusia yang dibebankan dan dikoordinasikan,
sehingga membentuk suatu kumpulan tertentu
yang terdiri dari manusia, material, kapital, gagasan, dan sumber daya alam ke dalam suatu keseluruhan pemecahan persoalan.
5.
ALLEN
Organisasi adalah suatu proses
identifikasi dan pembentukan serta pengelompokan kerja, mendefinisikan
dan mendelegasikan wewenang maupun tanggung
jawab dan menetapkan hubungan - hubungan dengan maksud untuk memungkinkan orang-orang bekerjasama
secara efektif dalam menuju tujuan yang
ditetapkan. Sebuah organisasi tidak akan bisa
lepas dengan yang namanya struktur . Karena struktur organisasi
adalah cara suatu aktivitas organisasi dibagi,
di organisir, dan dikoordinasikan.
6.
ERNEST DALE
Sebuah struktur organisasi harus memuat tentang 5 hal
sebagai berikut:
1. Daftar pekerjaan yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan
organisasi.
2.
Membagi jumlah beban kerja dalam tugas-tugas atau biasa disebut pembagian kerja (devision of work)
.
3. Menggabungkan tugas-tugas dalam keadaan yang logis dan efisien atau departementalisasi (departmentalization)
.
4. Menetapkan mekanisme untuk Koordinasi Memonitor
efektivitas struktur organisasi dan melakukan
penyesuaian apabila diperlukan.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang kami ambil dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana langkah-langkah yang
dilakukan dalam pembentukan organisasi ?
2. Apa saja fungsi pokok organisasi
profesi ?
3. Bagaimana
karakteristik individu dalam mempengaruhi organisasi?
4. Bagaimana
pengaruh kelompok terhadap individu ?
5. Apa saja
organisasi profesi TI di indonesia ?
C.
Tujuan Pembuatan Makalah
1. Untuk mengetahui langkah-langkah yang dilakukan dalam
pembentukan organisasi.
2. Untuk mengetahui Apa saja fungsi pokok organisasi profesi
3. Untuk mengetahui karakteristik
individu dalam mempengaruhi organisasi.
4. Untuk mengetahui pengaruh
kelompok terhadap individu.
5. Untuk mengetahui organisasi
profesi TI di indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Langkah-langkah Yang Dilakukan
Sebelum Melakukan Pembentukan Organisasi
1.
Tonggak
awal membentuk organisasi
Dalam pembuatan organisasi, organisasi lebih baik
jika memperjelas adanya visi dan misi yang akan dijalankan.
-
Visi adalah pandangan umum yang membantu
organisasi akan berjalan dengan baik dan terarah dengan tepat.
-
Misi adalah hal-hal yang dilakukan dalam
organisasi.
Keberadaan visi dan misi ini sangat
mutlak diperlukan agar organisasi yang dibuat tidak berjalan keluar dari jalur
yang diinginkan.
2.
Aturan
dalam organisasi
Aturan dalam organisasi berfungsi
sebagai landasan norma bagi para anggota yang tergabung. Aturan dibutuhkan agar
jelas hal-hal apa saja yang boleh dilakukan dan hal-hal yang dilarang dalam
organisasi. Adanya aturan anggotanya
akan membentuk profesionalisme yang kuat bagi para anggotanya. Profesionalisme
sebagai bagian organisasi sangat penting agar organisasi berkembang dan maju.
3.
Sumber
daya organisasi
Adalah
elemen yang menjadikan organisasi itu akan terus ada atau lenyap begitu saja.
Walau telah dibuat visi,misi,dan aturan, bila tidak ada sumber daya manusia
yang menjalankan tentu saja organisasi belum bisa dikatakan berjalan atau ada.
4.
Program
kerja organisasi
Jika
sumber daya manusia sudah lengkap lalu dibuat program kerja organisasi. Program
kerja ini sebagai wujud nyata visi dan misi yang telah dicanangkan.
Hambatan-hambatan
yang ditemui akan membuat organisasi tumbuh dengan baik dan tangguh. Langkah
pertama untuk organisasi ini harus dipenuhi terlebih dahulu agar ke depanya
lebih mudah.
B.
Pembentukan
Organisasi Profesi
Organisasi
profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah para praktisi yang
menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama untuk melaksanakan
fungsi-fungsi social yang tidak dapat mereka laksanakan dalam kapasitas mereka
sebagai individu.
Tujuan umum sebuah profesi adalah
memenuhi tanggung jawabnya dengan standar professional tinggi sesuai
bidangnnya, mencapai tingkat kinerja yang tinggi, dengan orientasi kepada
kepentingan public.
Untuk mencapai tujuan tersebut,
terdapat 4 kebutuhan dasar yang harus di penuhi oleh sebuah profesi:
1.
Kredibilitas
Bahwa
masyrakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi yang dimiliki
sebuah profesi.
2.
Profesionalisme
Diperlukan
individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh pemakai jasa sebuah
profesi sebagai professional di bidangnya.
3.
Kualitas
jasa
Adanya
keyakinan bahwa semua pelayanan yang di berikan pelaku sebuah profesi memenuhi
standar kinerja yang tinggi.
4.
Kepercayaan
Pemakai
jasa sebuah profesi harus merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika
profesionalisme yang melandasi pemberian jasa tersebut sehingga menimbulkan
kepercayaan yang tinggi pada profesi yang bersangkutan.
Untuk memenuhi empat hal tersebut diatas dalam rangka
menetapkan standar kualitas, menetapkan prinsip-prinsip professional dan
menciptakan keprcayaan atas hasil kerja profesi dimata masyarakat maka
diperlukan sebuah organisasi yang mengatur dan melakukan standarisasi
terhadapnya, organisasi itulah yang di sebut Organisasi profesi.
Organisasi profesi ini juga merupakan bagian dari
perkembangan sebuah profesi dalam proses profesionalisme untuk mengembangkan
profesi ke arah status profesional yang di akui oleh pemerintah dan manyarakat
pengguna jasa profesi tersebut.
C.
Langkah-Langkah
Proses Profesional Sebuah Profesi
1.
Munculnya
asosiasi informal
Asosiasi
informal merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang memiliki minat sama
terhadap suatu profesi atau perkerjaaan tertentu. Asosiasi tersebut biasanya berupa
komunitas-komunitas independen yang belum secara formal menjadi suatu
organisasi yang resmi diakui oleh pemerintah dan masyarakat.
2.
Identifikasi
dan adopsi terhadap ilmu pengetahuan tertentu
Oleh
kerena memiliki kepentingan yang sama maka untuk mendukung pekerjaan yang
dijalani, komunitasntersebut akan mengadopsi ilmu pengetahuan tertentu di
bidangnya.
3.
Para
praktisi akan terorganisasi secara formal pada suatu lembaga
Seiring
dengan berkembangnya lingkungan pekerjaan atau profesi yang di jalani baik dari
sisi jumlah pelaku, profesi maupun perkembangan ilmu dan teknologi yang jadi
lingkup pekerjaannya, maka dirasa perlu untuk memformalkan komunitas tersebut
menjadi suatu organisasi resmi yang diakui oleh pemerintah dan masyarakat. Hal
itulah yang menjadi titik munculnya organisasi profesi.
Setelah terorganisasi secara formal dalam suatu lembaga
anggota-anggota dalam organisasi tersebut akan membuat kesepakatan mengenai
persyarakatan profesi berdasarkan pengalaman atau kualifikasi tertentu. Mereka
juga menentukan kode etik profesi yang menjadi aturan main dalam menjalankan
sebuah profesi. Kode etik tersebut, seperti halnya persyaratan keanggotan,
harus ditaati oleh semua anggota profesi yang bersangkutan.
Beberapa profesi penting di indonesia telah memiliki
organisasi profesi secara formal diakaui oleh pemerintah maupun masyarakat
pengguna jasa tersebut. Organisasi-organisasi profesi tersebut diantaranya
adalah :
- Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
Merupakan
organisasi yang mengatur standar profesionalisme dan aturan etka bagi profesi
dokter di Indonesia.
- Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
Merupakan
organisasi yang mengatur standar profesionalisme dan aturan etika bagi profesi
akutan di indonesia. Keanggotaan dari IAI bersifat sukarela. Dengan menjadi anggota,
seorang akuntan mempunyai kewajiban menjaga disiplin diri di atas dan melebihi
yang di syaratkan hukum dan peraturan.
- Persatuan Insinyur Indonesia
(PII)
Merupakan
organisasi profesi insinyur indonesia yang terdiri dari anggota-anggota yang
memiliki latar belakang pendidikan di bidang teknik, seperti : teknik mesin,
teknik elektro, teknik kimia, dll.
- Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia (ISFI)
Merupakan
organisasi profesi yang mengatur standar profesionalisme dan aturan etika
sarjana farmasi atau apoteker di Indonesia.
D.
Keterkaitan
Antara Kelompok Dan Individu Dalam Organisasi
1. Karakteristik individu dalam
mempengaruhi perilaku organisasi
Manusia adalah salah satu dimensi
penting dalam organisasi. Kinerja organisasi sangat tergantung pada kinerja individu
yang ada di dalamnya. Seluruh pekerjaan dalam organisasi itu, para anggotalah
yang menentukan keberhasilannya. Sehingga berbagai upaya meningkatkan
produktivitas organisasi harus dimulai dari perbaikan produktivitas anggota.
Oleh karena itu, pemahaman tentang perilaku organisasi menjadi sangat penting
dalam rangka meningkatkan kinerjanya.
Anggota
sebagai individu ketika memasuki organisasi akan membawa kemampuan, kepercayaan
pribadi, pengharapan-pengharapan, kebutuhan dan pengalaman masa lalunya sebagai
karakteristik individualnya. Oleh karena itu, maaf-maaf kalau kita mengamati
anggota baru di kantor. Ada yang terlampau aktif, maupun yang terlampau pasif.
Hal ini dapat dimengerti karena anggota baru biasanya masih membawa sifat-sifat
karakteristik
individunya.
Selanjutnya
karakteristik ini menurut Thoha (1983), akan berinteraksi dengan tatanan
organisasi seperti: peraturan dan hirarki, tugas-tugas, wewenang dan tanggung
jawab, sistem kompensasi dan sistem pengendalian. Hasil interaksi tersebut akan
membentuk perilaku-perilaku tertentu individu dalam organisasi. Oleh karena itu
penting bagi manajer untuk mengnalkan aturan-aturan organisasi kepada anggota
baru.
Belajar
dari Vroom Menurut Teori Pengharapan, perilaku kerja merupakan fungsi dari tiga
karakteristik: (1) persepsi anggota bahwa upayanya mengarah pada suatu kinerja
(2) persepsi anggota bahwa kinerjanya dihargai (misalnya dengan gaji atau
pujian) (3) nilai yang diberikan anggota terhadap imbalan yang diberikan.
Menurut Vroom’s expectancy theory, perilaku yang diharapkan dalam pekerjaan
akan meningkat jika seseorang merasakan adanya hubungan yang positif antara
usaha-usaha yang dilakukannya dengan kinerja (Simamora, 1999).
Perilaku-perilaku tersebut selanjutnya meningkat jika ada hubungan positif
antara kinerja yang baik dengan imbalan yang mereka terima, terutama imbalan
yang bernilai bagi dirinya. Guna mempertahankan individu senantiasa dalam
rangkaian perilaku dan kinerja, organisasi harus melakukan evaluasi yang
akurat, memberi imbalan dan umpan balik yang tepat.
2. Pengaruh
kelompok terhadap perilaku individu
Pada dasarnya keanggotaan kelompok dapat mengubah perilaku
individu ( Tedeschi & Lindskold, 1976 ), pengaruh kelompok ini dapat
membuat anggotanya melakukan hal – hal dalam organisasi yang tidak akan
dilakukannya jika mereka sendiri. Keanggotaan kelompok ini dapat juga
mempengaruhi perilaku anggotanya bila tidak ada anggota lain disekitarnya.
Pengaruh terhadap perilaku ini besar sekali terutama dalam kelompok yang
mempunyai rasa kebersamaan yang tinggi. Arah yang ditempuhnya sebagian besar
tergantung dari norma – norma yang ada dalam kelompok tersebut ( Jewell, LN;
Siegall M, 1990 ).
Kohesivitas
kelompok mengacu pada sejauh mana anggota kelompok saling tertarik satu sama
lain dan merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut. Dalam kelompok yang
kohesivitasnya tinggi, setiap anggota kelompok itu mempunyai komitmen yang
tinggi untuk mempertahankan kelompok tersebut. Kelompok – kelompok yang berbeda
dalam hal kohesivitasnya, dan banyak yang tidak pernah mencapai tingkat
kelompok yang mempunyai daya tarik tertentu dan komitmen bersama yang merupakan
ciri kohesivitas yang kuat. Kohesivitas yang lebih besar terutama berkembang
dalam kelompok yang relatif kecil dan mempunyai organisasi yang lebih bersifat
kerjasama daripada persaingan ( Jewel & Reitz, 1981). Kesempatan saling
berinteraksi antara para anggotanya secara lebih sering membantu berkembangnya
kohesivitas kelompok tersebut.
Kohesivitas
yang lebih besar terdapat dalam kelompok yang mempunyai lebih banyak kemiripan
sikap, pendapat, nilai dan perilaku diantara para anggotanya ( Cartwright, 1968
). Pada tahap awal perkembangan kelompok tingkat kemiringan tadi mengurangi
kemungkinan terjadinya pertentangan yang mungkin memecah kelompok tadi menjadi
fraksi – fraksi yang lebih kecil atau menghancurkannya sama sekali. Perbedaan
persepsi mengenai kelompok sendiri dan kelompok lain digambarkan dalam studi
mengenai hubungan antar kelompok dalam perusahaan yang besar ( Alderfer and
Smith, 1982 ). Pendapat mengenai tujuan dan nilai dua kelompok organisasi
dilihat dari anggota sendiri dan dari anggota kelompok lain diperlihatkan dalam
Skema 1. Adanya kesamaan persepsi anggota dalam masing – masing kelompok dan
perbedaan persepsi dengan persepsi dari anggota dalam kelompok lain.
Meskipun perbedaan komposisi ras antara kedua kelompok dalam studi Alderfer dan Smith mungkin meningkatkan perbedaan persepsi, namun harus diperhatikan bahwa kedua kelompok tersebut mempunyai banyak persamaan. Semua anggota dari kedua kelompok tersebut adalah karyawan dari organisasi yang sama, dan semua mempunyai tingkat yang mirip dalam hirarki manajemen organisasi. Norma – norma adalah standar tidak tertulis mengenai perilaku, nilai dan sikap yang tumbuh dari interaksi antar kelompok. Semakin tinggi rasa kebersamaan suatu kelompok, semakin kuat norma – normanya, dan semakin besar kemungkinannya memaksakan individu mengikuti norma kelompok (Kiesler & Kiesler, 1969, dalam, Jewell, LN; Siegall M, 1990).
Meskipun perbedaan komposisi ras antara kedua kelompok dalam studi Alderfer dan Smith mungkin meningkatkan perbedaan persepsi, namun harus diperhatikan bahwa kedua kelompok tersebut mempunyai banyak persamaan. Semua anggota dari kedua kelompok tersebut adalah karyawan dari organisasi yang sama, dan semua mempunyai tingkat yang mirip dalam hirarki manajemen organisasi. Norma – norma adalah standar tidak tertulis mengenai perilaku, nilai dan sikap yang tumbuh dari interaksi antar kelompok. Semakin tinggi rasa kebersamaan suatu kelompok, semakin kuat norma – normanya, dan semakin besar kemungkinannya memaksakan individu mengikuti norma kelompok (Kiesler & Kiesler, 1969, dalam, Jewell, LN; Siegall M, 1990).
E.
Fungsi Pokok Organisasi Profesi
Pada
dasarnya organisasi profesi memiliki 4 fungsi pokok dalam kerangka peninngkatan
profesionalisme sebuah profesi, yaitu :
1.
Mengatur keanggotaan organisasi
Dalam
hal ini, organisasi profesi menentukan kebijakan tentang keanggotaan, struktur
organisasi, syarat-syarat keanggotaan sebuah profesi dan kemudahaan lebih
lanjut lagi menentukan aturan-aturan yang lebih jelas dalam anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga.
2.
Membantu anggota untuk dapat terus
memperbaharui pengetahuan sesuai perkembangan teknologi.
Organisasi
profesi melakukan kegiatan-kegiatan yanng bermanfaat bagi anggotanya untuk
meningkatkan pengetahuan sesuai perkembangan dan tuntutan masyarakat yang
membutuhkan pelayanan profesi tersebut.
3.
Menentukan standarisasi pelaksanaan
sertifikasi profesi bagi anggotanya.
Sertifikasi
merupakan salah satu lambang dari sebuah profesionalisme. Dengan kepemilikkan
sertifikasi yang di akui secara nasional maupun internasional maka orang akan
melihat tingkat profesionalisme yang tinggi dari pemegang sertifikasi tersebut.
4.
Membuat kebijakan etika profesi yang harus
diikuti oleh semua anggota.
Etika
profesi merupakan aturan yang diberlakukan untuk seluruh anggota organisasi
profesi. Aturan tersebut menyangkut hal-hal yang boleh dilakukan maupun tidak
serta pedoman keprofesionalan yang digariskan bagi sebuah profesi.
5.
Memberi sangsi bagi anggota yang melanggar
etika profesi.
Sangsi
yang diterapkan bagi pelanggaran kode etik profesi tentunya mengikat semua
anggota. Sangsi berfariasi, tergantung jenis pelanggaran dan bisa bersifat
internal organisasi seperti misalnya Black List atau bahkan sampai
dikeluarkan dari organisasi profesi tersebut.
Manfaat organisasi profesi
a. Mengembangkan
dan memajukan profesi
b. Menertibkan dan
memperluas ruang gerak profesi
c. Menghimpun dan
menyatukan pendapat warga profesi
d. Memberikan
kesempatan pada semua anggota untuk berkarya dan berperan aktif dalam mengembangkan dan memajukan profesi.
F.
Organisasi
Profesi di bidang TI Indonesia
1.
IPKIN
(Ikatan Profesi Komputer dan Informatika Indonesia) Sebagai organisasi nirlaba
independent yang beranggotakan para profesional dalam bidangKomputer dan
Informatika, IPKIN bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan dan pengembangan
teknologi Komputer dan Informatika diIndonesia guna menunjang Pembangunan
Nasional.
2.
APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia)
untuk
melakukan beberapa program kunci yang dinilai strategis untuk pengembangan
jaringan internet di Indonesia. Program-program tersebut adalah :
·
Tarif Jasa Internet
·
Pembentukan Indonesia-Network Information
Center (ID-NIC)
·
Negosiasi Tarif Infrastruktur Jasa Telekomunikasi
·
Usulan Jumlah dan Jenis Provider
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
KESIMPULAN
Organisasi merupakan kumpulan orang-orang yang bekerja
secara bersamasama dengan mengunakan sumber daya tertentu untuk berusaha
mencapai tujuannya. Dengan kata lain bahwa organisasi itu terdiri dari
orang-orang yang bekerja dalam suatu system pencarian tujuan. Dalam mencapai
tujuan tersebut maka para anggta-anggotanya akan selalu berinteraksi dalam
mencapai tujuan-tujuan tersebut. Dalam interaksi maka karakteristik tiap
individu akan membaur dalam organisasi tersebut sehingga akan menjadi sebuah
karakteristik organisasi. Manusia adalah salah satu dimensi penting dalam
organisasi. Kinerja organisasi sangat tergantung pada kinerja individu yang ada
di dalamnya. Seluruh pekerjaan dalam organisasi itu, para anggotalah yang
menentukan keberhasilannya. Sehingga berbagai upaya meningkatkan produktivitas
organisasi harus dimulai dari perbaikan produktivitas anggota. Pada dasarnya
keanggotaan kelompok dapat mengubah perilaku individu ( Tedeschi &
Lindskold, 1976 ), pengaruh kelompok ini dapat membuat anggotanya melakukan hal
– hal dalam organisasi yang tidak akan dilakukannya jika mereka sendiri.
Keanggotaan kelompok ini dapat juga mempengaruhi perilaku anggotanya bila tidak
ada anggota lain disekitarnya. Pengaruh terhadap perilaku ini besar sekali
terutama dalam kelompok yang mempunyai rasa kebersamaan yang tinggi. Arah yang
ditempuhnya sebagian besar tergantung dari norma – norma yang ada dalam
kelompok tersebut ( Jewell, LN; Siegall M, 1990 ). Kohesivitas kelompok mengacu
pada sejauh mana anggota kelompok saling tertarik satu sama lain dan merasa
menjadi bagian dari kelompok tersebut. Dalam kelompok yang kohesivitasnya
tinggi, setiap anggota kelompok itu mempunyai komitmen yang tinggi untuk
mempertahankan kelompok tersebut. Kelompok – kelompok yang berbeda dalam hal kohesivitasnya,
dan banyak yang tidak pernah mencapai tingkat kelompok yang mempunyai daya
tarik tertentu dan komitmen bersama yang merupakan ciri kohesivitas yang kuat.
Kohesivitas yang lebih besar terutama berkembang dalam kelompok yang relatif
kecil dan mempunyai organisasi yang lebih bersifat kerjasama daripada
persaingan ( Jewel & Reitz, 1981). Kesempatan saling berinteraksi antara
para anggotanya secara lebih sering membantu berkembangnya kohesivitas kelompok
tersebut.
Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari
masyarakat, bilamana dalam diri para elit professional tersebut ada kesadaran
kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa
keahlian kepada masyarakat yang memerlukannya. Tanpa etika profesi, apa yang
semula dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh menjadi
sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa (okupasi) yang tidak diwarnai dengan
nilai-nilai idealism dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidak-adanya lagi
respek maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite professional.
Profesionalitas menunjuk pada kualitas atau sikap pribadi
individu terhadap suatu pekerjaan. Dalam profesi digunakan teknik dan prosedur
intelektual yang harus dipelajari secara sengaja sehingga dapat diterapkan
untuk orang lain. Professional menunjuk pada penampilan seseorang yang sesuai
dengan seharusnya dan menunjuk pada orang itu sendiri. Profesionalitas menunjuk
pada proses menjadikan seseorang sebagai professional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar